Anak perempuan yang di bebaskan dari Boko Haram di Nigeria dapat menghadapi penahanan lebih lanjut dan pelecehan oleh militer, demikian temuan laporan Amnesty
Anak perempuan dan perempuan muda yang di bebaskan dari teroris Boko Haram di timur laut Nigeria terus mengalami kesulitan yang parah, termasuk penahanan militer yang melanggar hukum, penelantaran, dan dukungan yang tidak memadai untuk memulai kembali kehidupan mereka, menurut laporan baru Amnesty International.
Meskipun penahanan militer yang berkepanjangan telah berkurang akhir-akhir ini, laporan yang di rilis pada hari Senin mencatat bahwa banyak perempuan masih mengalami penganiayaan.
Berjudul, “’Bantu kami membangun kehidupan kami’: Gadis yang Selamat dari Boko Haram dan Pelecehan Militer di Nigeria Timur Laut,” film ini menyelidiki bagaimana anak perempuan dan perempuan muda di culik, di paksa menikah, dan menjadi sasaran kekerasan seksual oleh Boko Haram.
Para penyintas menceritakan bagaimana anak-anak yang di lahirkan oleh para pejuang Boko Haram di lahirkan. Seringkali ketika mereka masih di bawah umur. Seorang perempuan muda mengungkapkan bahwa dia dua kali menyaksikan anggota Boko Haram mengeksekusi perempuan yang meminum pil kontrasepsi.
Berdasarkan 126 wawancara dengan perempuan dan anak perempuan berusia antara 12 dan 48 tahun. Termasuk 82 orang yang selamat dari pelecehan saat masih anak-anak. Laporan tersebut merinci kekejaman yang di lakukan oleh Boko Haram. Wawancara di lakukan antara tahun 2019 dan 2024 di timur laut Nigeria, dan sebagian besar di lakukan pada tahun lalu.
Anak perempuan yang di bebaskan dari Boko Haram di Nigeria
Amnesty telah menghubungi beberapa mitra global mengenai temuannya, termasuk kantor kejaksaan Pengadilan Kriminal Internasional. Dan mendesak mereka untuk menyelidiki “kejahatan berdasarkan hukum internasional. Yang di lakukan oleh semua pihak selama konflik di timur laut Nigeria.”
Peneliti Amnesty mengatakan mereka berbicara dengan hampir 50 anak perempuan dan perempuan muda yang melarikan diri dari. Boko Haram dan menemukan jalan mereka ke wilayah yang di kuasai pemerintah. Mempertaruhkan nyawa mereka dan anak-anak mereka dalam proses tersebut.
Namun, pengalaman mengerikan mereka di tangan para penculiknya semakin di perburuk oleh. Kesulitan yang mereka hadapi setelah mereka mendapatkan kembali kebebasannya.
“Gadis-gadis ini, banyak di antaranya sekarang adalah perempuan muda, masa kecil mereka di curi dan menderita. Serangkaian kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia lainnya. Mereka kini menunjukkan keberanian luar biasa dalam upaya mengambil kendali atas masa depan mereka,” kata Samira Daoud. Direktur regional Amnesty International untuk Afrika Barat dan Tengah.