Penolakan awal Israel terhadap “terobosan” perjanjian gencatan senjata Lebanon

Penolakan awal Israel terhadap “terobosan” perjanjian gencatan senjata Lebanon yang dilakukan AS menciptakan kebingungan

Para pejabat senior AS pada Rabu malam praktis meraih kemenangan: Amerika Serikat dan sejumlah besar sekutunya telah menyetujui proposal tersebut setelah berhari-hari melakukan perundingan sengit yang akan menerapkan gencatan senjata di perbatasan Israel-Lebanon.

Dalam pembicaraan telepon yang dilakukan secara tergesa-gesa dengan para wartawan beberapa saat setelah di keluarkannya pernyataan bersama, para pejabat tinggi pemerintah memuji kerangka kerja tersebut sebagai “sebuah terobosan penting.” Jeda pertempuran selama 21 hari yang di usulkan oleh negara-negara tersebut akan memberikan waktu untuk diplomasi dan dapat mencegah pecahnya perang besar-besaran antara Israel dan Hizbullah.

Penolakan awal Israel terhadap “terobosan” perjanjian gencatan senjata Lebanon

Para pejabat tersebut sudah jelas: Pertanyaannya bukan apakah Israel dan Hizbullah akan menerima proposal gencatan senjata, namun kapan tepatnya. Baik Israel maupun Hizbullah “sudah familiar dengan teks tersebut,” kata seorang pejabat. Dan AS merasa nyaman mengumumkan kerangka tersebut kepada publik, dengan pemahaman bahwa kedua belah pihak siap untuk menandatanganinya.

Namun hanya beberapa jam kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan multinasional tersebut. Pertama, kantor perdana menteri mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa laporan apa pun mengenai gencatan senjata. Yang akan segera terjadi adalah “tidak benar” dan bahwa IDF akan terus berperang dengan “kekuatan penuh.”
Namun hanya beberapa jam kemudian, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak usulan multinasional tersebut. Pertama, kantor perdana menteri mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa laporan apa pun mengenai gencatan senjata. Yang akan segera terjadi adalah “tidak benar” dan bahwa IDF akan terus berperang dengan “kekuatan penuh.”

Kemudian, perdana menteri sendiri mengatakan kepada pers saat ia turun dari pesawatnya di New York City: “Kebijakan saya, kebijakan kami, jelas: Kami terus menyerang Hizbullah dengan sekuat tenaga. Kami tidak akan berhenti sampai kami mencapai semua tujuan kami.”

Sekitar 24 jam setelah pengumuman proposal gencatan senjata oleh Gedung Putih. Masih belum ada indikasi bahwa Israel dan Hizbullah siap menyetujuinya. Tanggapan awal Israel jelas bukan reaksi yang di antisipasi Gedung Putih, dan hal ini menimbulkan pertanyaan mengapa. Jika Israel setuju dengan usulan tersebut, pemimpinnya tampak begitu bersemangat untuk menolak usulan tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *