Pelari jarak jauh Joan Chelimo setelah kematian Rebecca Cheptegei

‘Di manakah letak kemanusiaannya?’ tanya pelari jarak jauh Joan Chelimo setelah kematian Rebecca Cheptegei

Ketika Joan Chelimo pertama kali bertemu Rebecca Cheptegei, dia mengingat sesama pelari jarak jauh sebagai “gadis normal dan bahagia,” yang senang bisa berkompetisi di Olimpiade.

Pasangan ini mulai berbincang setelah berkompetisi dalam maraton putri di Paris bulan lalu, Chelimo mewakili Rumania dan Cheptegei mencalonkan diri untuk Uganda. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

“Kami mengobrol setelah balapan, dan dia sangat baik,” kata Chelimo kepada CNN Sport. “Anda bisa melihat dia pekerja keras. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

“Dan sejujurnya, saya tidak melihat tanda apa pun – Anda tidak dapat mengetahui dari cara dia berbicara – bahwa dia sedang mengalami sesuatu. Dan itu membuatku sangat sedih.”

Beberapa minggu setelah maraton Olimpiade, Cheptegei meninggal pada usia 33 tahun, akibat luka bakar yang di sebabkan oleh pacarnya, Dickson Ndiema, dalam serangan di rumahnya di Kenya.

Pelari jarak jauh Joan Chelimo setelah kematian Rebecca Cheptegei

Pelari jarak jauh Joan Chelimo setelah kematian Rebecca Cheptegei

Polisi Trans Nzoia County mengatakan bahwa Cheptegei telah di siram bensin oleh Ndiema, yang menyerbu rumahnya dengan jeriken bensin dan membakarnya setelah terjadi perselisihan mengenai tanah. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.
“Saya tidak tahu di mana letak kemanusiaannya,” kata Chelimo. “Saya merasa ada sesuatu yang lebih yang harus di lakukan. Kita perlu bersatu sebagai satu suara, tidak hanya perempuan tetapi juga laki-laki. Semua orang di masyarakat dan komunitas hanya perlu bersatu dan melihat bagaimana kita bisa mengakhiri ini. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

“Saya sangat sedih. Saya tidak bisa tidur pada beberapa malam. Sungguh buruk.” Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

Setelah tragedi tersebut, Chelimo mengatakan bahwa dia mengunjungi rumah. Cheptegei untuk melihat lokasi penyerangan dan belajar dari anak-anak mendiang atlet tersebut. Yang berusia 11 dan sembilan tahun, tentang detail mengerikan seputar kematian ibu mereka. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

Chelimo di beritahu tentang bagaimana Cheptegei mencoba memadamkan api yang melanda tubuhnya dengan bergesekan dengan pohon dan berguling-guling di rumput. Putus asa untuk mencoba apa pun untuk menghentikan pembakaran. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

“Dari rerumputan hijau terlihat ada beberapa petak yang benar-benar terbakar, tidak ada rumput,” ujarnya. Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

“Saat itulah saya berkata pada diri sendiri, ‘Saya akan bekerja demi keadilan. Saya tidak ingin ini terjadi lagi.’” Ndiema juga meninggal karena luka bakar akibat serangan itu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *